“Yu, akhir-akhir ini ayah sibuk sekali. Besok pagi ada yang harus ayah selesaikan di kantor. Jadi, ayah gak bisa antar kamu ke sekolah!” Papa berdalih
“Yang bener aja,Yah! Ini hari pertamaku masuk SMA lho! pilihan ayah itu, lagi pula aku
juga gak tau rutenya. Ayah mau kalau Ayu gak balik lagi ke rumah?” Jawabku
“Gak balik?, maksudmu?”
“Ya, karena aku kesasar”
“Nanti ayah antarkan kamu sampai kamu naik angkot saja,okeh?”
“Ha...??//, ayah sendiri kan tahu aku anti yang namanya naik angkot”
“Sudah, pokoknya titik!!”
Bruk...pintu tertutup. Kesal, lagi-lagi ayah memutuskan dengan sepihak. Padahal bantahanku cukup beralasan. Aku belum tahu banyak tentang kota kembang ini. Apalagi jalan dan bahasanya, “Ntar kalau aku kesasar,aku gak bisa nanya sama orang sekitar donk??” pikirku. Ini karena aku orang Jakarta. Asli. Aku terpaksa pindah dari tanah kelahiranku, semata karena tuntutan pekerjaan ayah. Semula, aku berontak ketika mendengar kabar itu. Tapi aku berontak pada siapa?. Aku sadar, aku makan,sekolah,punya ini punya itu berkat rizki yang Allah titipkan melalui pekerjaan yang telah ayah tekuni selama kurang lebih 10 tahun itu. Akhirnya, aku harus merelakan kamar
۞۞۞
Pagi datang kembali menggantikan malam.
Aroma sedap nasi goreng sudah tercium dari ventilasi kamar. Segera ku keluar dari kamar. Tak sabar mencicipi masakan ibu di pagi hari yang cukup dingin. Segelas susu hangat menggodaku. Ku sambar benda bening itu tanpa ku hiraukan panasnya. Cukuplah menghangatkan tubuhku yang sedari tadi menggigil karena dinginnya air saat mandi.
“Baiklah Yu, kemon kita berangkat, ayah antarkan sampai kamu naik angkot”
“Ya........”jawabku kesal
Huh,naik angkot. Bukannya aku gengsi...tapi malu. Karena sejak ku katakan “kiri” untuk kali pertama menaiki angkot, sampai kaki kiri ku turunkan, kepalaku sepeti muter-muter. Pusing bukan main. Mataku kunang-kunang. Perut mual. Sarapan jadi percuma. Santapan pagi yang seharusnya jadi energi, malah keluar lagi. Tapi bukan dari alat ekresi. Melainkan dari mulut. Uwle...nasi gorang,susu, terkombinasi jadi satu. Lebih dari sekedar makanan bebek. Bisakah kalian bayangkan??
Lagi-lagi terjadi,
“Wle.....pfuh,huh,huh...” aku muntah, diikuti nafas yang terengah-engah. Untung ku keluarkan hasil perjuangan selama di angkot tadi, di parit. Tubuh panas dingin. Kulit mengeluarkan keringat. Lalu dari belakang terdengar suara seorang laki-laki menegur. Entah siapa dia.
“Hey, ini” laki-laki itu menyodorkan secarik sapu tangan.
“Wle,wle...” ketika ia toleh ke belakang, aku tak kuat menahan bakal muntah yang akan keluar. Tunggu giliran saja. Tepat sasaran. Baju yang dipakai seseorang yang menegurku tadi habis tertutupi oleh muntahku. Hingga warnanya tak seputih tadi. Aku sendiri jijik melihatnya. Ikh...
“Mmm...maaf..maaf!” pintaku
“Ha...” orang itu shock, sepertinya ia marah
“Ya ampun, maaf ya!” aku memohon
“Ya sudah lah” jawabnya pelan. Ia bergegas meninggalkanku.
“Hei....tunggu”
Mudah-mudahan ia mau memaafkanku. Kalau seandainya ia memang memaafkanku, baik sekali dia. Oh ya, siapa namanya yah??
Sampai di gerbang utama SMA Pelita.
“Pagi, pak!” salamku pada satpam yang tengah berdiri di depan gerbang. Walaupun belum kenal gak apa-apa kan nyapa.
“Pagi, neng anak baru?”. Aku mengangguk pelan.
Ku susuri setiap koridor sekolah. Kepalaku selalu menengadah ke atas bila ku temui pintu. Karena, tergantung papan kecil yang bertuliskan ruang apa itu. Kata ayah aku ditempatkan di kelas X-1. Ternyata kelasku paling pojok, dekat kantin. Aku berlari-lari kecil menuju kelas baruku. Ruang kelas masih sepi. Belum ada satu kepalapun yang kulihat. Setelah ku letakkan tas di kursi yang ku pilih, ku beranjak pergi. Kehendak hati ingin melihat isi sekolah baru.
Langkahku terhenti di depan sebuah ruang yang bising kedengarannya. Setelah ku tengadahkan kepalaku, kulihat papan menggantung. TOILET. Tergambar orang berceSarip. Itu pasti toilet for gentle.
Aku dibuat penasaran oleh suara dari dalam ruang itu. Ku tengok ke kanan ke kiri. Perlahan ku dorong engsel pintu bewarna keemasan itu.
Dan...
“Aaaaaaaaa” jeritku sambil menutup mata
“Aaaaaaaaa” balas beberapa orang yang ada dalam ruangan itu.
Salah satu dari mereka bertanya dengan raut dan nada penuh amarah “Siapa lo?”
Belum sempat ku jawab, aku lari dari toilet itu. Aku takut dikejar mereka. Secara,jumlah mereka lebih banyak, sedang aku alone. Badan mereka besar-besar pula. Tapi rasanya, salah satu diantara mereka tak asing lagi raut wajahnya bagiku. tapi siapa yah??
“Ah sudahlah i don’t care” bisik hatiku.
۞۞۞
“Adduuh...gak punya mata ya?, jadi jatuh kan buku gue,berantakan semuanya, ambil!”.
Seorang cewek menunjuk ke buku-bukunya yang berserakan di lantai. Matanya menatap tajam ke arahku.
“Sini, lain kali gunain tuh indra!”
Ia seperti ingin mencolok mataku namun tak sampai.
Lalu ia berlalu.
“Siapa sih dia, seenaknya aja ngomelin orang, udah tau dia yang nabrak, ngomongnya nyerocos aja lagi,huh!” aku bermonolog.
Kembali ke kelas dengan raut kesal.
Gubrak, bintang-bintang dan kicauan burung seakan mengelilingi kepalaku. Kunang-kunang cahaya yang ku tangkap. Hanya itu yang ku ingat.
Aku seakan terbangun dari tidur saat kurasakan belaian halus diikuti suara yang memanggilku. Perlahan-lahan aku buka kelopak mat. Ku Syami sekelilingku. Aroma yang biasa ku dapati di rumah sakit tercipta di ruang ini.
“Dimana aku?” tanya ku.
Ku lihat seorang cowok di sisi kananku, dan dua orang cewek di sisi kiri.
“Cahayu Tri...”Seorang cewek memanggil namaku. Suaranya terbata-bata.
“Triani” lanjut cewek yang lainnya.
Aku mencoba tuk bangun, namun tak ada daya.
“Tadi, gue lagi buka pintu, eh ada loe di belakang pintu itu, gue gak tau, jadi kebentur deh” seru cowok memelas “maafin gue ya?”
“Mestinya aku yang minta maaf “
Kami bersalaman.
“Oh ya, aku Hima, ini Lea, dan yang satu ini Fadli, kita sekelas lho” Cewek yang berjilbab putih memperkenalkan(Hima).
“Masa sih?”
Mereka mengangguk. Mereka terlihat seperti sudah akrab. Wajah mereka terlihat friendly. Semoga mereka bisa jadi teman sekaligus guide yang bisa mengajariku tentang sekolah ini dan pelajaran yang tertingal semester lalu. Jelas, karena aku anak baru.
Beberapa menit kemudian, bu Intan (pembina ekskul PMR dan penanggung jawab UKS) memperbolehkan aku keluar dari ruang yang wanginya begitu menusuk pankal hidungku.
“Tunggu” aku menghentikan langkah mereka, dan meneruskan “Siapa dia?”
“Yang mana? Yang tingi itu?”
“Ya”
“O...,itu ka Mery, ketua cheers di sekolah ini, katanya sih, dia pacarnya ketua Osis” “Emangnya kenapa?” tanya Fadli.
“Dia nabrak aku, uadah gitu marah-marah pula, gara-gara kejadian itu, aku ngomel sendiri sambil jalan tanpa lihat ke depan, jadi kebentur deh.”
“O....begitu,kronologisnya” kata Lea sambil menahan tawa.
“Dia emang nyebelin, so’ cakep, jail lagi” ungkap Hima.
۞۞۞
Sebuah kijang merah mentereng terparkir di depan rumah yang baru ku inap tiga hari lalu.
“Mobil siapa itu,Bu?”
“Paman Syam “ jawab ibuku.
“Orangnya kemana?
“Lagi di kamar mandi sebentar”
“Oh, ke kamar dulu ya,Bu!”
“Ya sudah, setelah itu salaman
sama pamanmu itu”
“Okeh,okeh”
Aku terkejut melihat pintu kamar telah terbuka lebar. Seingatku sebelum aku berangkat sekolah, pintu kamar tertutup rapat. Jikalau ibu, ataupun ayah, kalau memang ada keperluan masuk kamarku, nanti ditutup lagi pintunya. Ku ambil sapu ijuk yang tengah disandarkan di tembok depan kamarku dan masuk perlahan. Pukulan sapu yang ku genggam erat jatuh di punggung seseorang yang sedang baca-baca komikku.
“Ma’nyos dah lo. Siapa suruh masuk kamar gue tanpa izin, ga’ buka sepatu pula”
“Dih, gue udah dikasih izin sama bibi, wle” berkata sambil menjulurkan lidah.
“Tapi gak baek tahu, masuk kamar cewek sembarangan”
“Emang lo cewek ya?”
“Ya iyalah”
“Cewek tomboy tapinya,hahahaha”
“Kurang asam!”
Ih,nyebelin banget sih, botak deh, kalo aku ladenin orang itu. Itu dia yang namanya Sarip.
“Pergi sana, gue mau ganti baju dulu, awas ngintip!”
“Intip akhhh”
Mataku membulat dan lekas mengambil gagang sapu tadi.
“Nih, mau ngintip?”
“Ampun, ampun”
Huh, mimpi apa sih aku semalam? Begitu banyak kejadian aneh hari ini.
“Heh,Rip, ini Siapa?” aku menunjuk wajah seseorang di fota dalam dompet milik Sarip.
“wah, kacau lu, gua cariin keman-mana, eh ada di elo,” dia merebut dompetnya dari tanganku “Gua bilangin ke ibu lo ya?”
“Heh, enak aje lo! tadi dompetlo jatuh di kamar gue, Ini Siapa?”
“Itu temen SMP gua, namanya Zaky”
“Oh, tinggalnya dimana?”
“Bangun,Bu...kemane aje lo, dia itu tetangga lo, dua rumah dari sisi rumahnya!”
“Masa sih?, Lu kan tahu, gua baru disini”
“Gak bisa beradaptasi dasar!”
“Ah, banyak omong lo!”
Zaky...ya, orang itu yang telah memberikan sapu tangan, yang aku muntahi,ya benar dia! Masa sih dia tinggal di komplek ini?. Wah bisa aku manfaatkan Sarip nih!
Sunday morning...
Genap tujuh hari aku ke seolah naik angkot. Namun, tak sekilas pun ku temui bayang orang yang memberiku sapu tangan. Konon bernama Zaky. Sebab wajahnya mirip denngan orang yang ada di foto dalam dompetnya Sarip. Saat ini, Sarip pun masih stay in Parisj van Java, Bandung, di rumahku.
Sarip memaksaku untuk menemaninya bersepeda mengelilingi komplek. Awalnya, aku engga. Tapiu, saat ku ingat tetangga dua rumah, aku jadi bersemanga. Harapku akan bertemu dengan orang itu dan memintanya mengabulkan maaf ku.
“Woi, masih inget sama anak Jakarta neh?”
Aku melihat dan mendengar dari kejauhan, Sarip sedang berbicara dengan seseorang. Aku hampiri Sarip dan lawan bicaranya itu dengan membawa dua buah es cream cone. Semakin dekat, semakin nyata, jelas dan...benar itu orangnya. “OMG??#!” Benak hatiku berteriak.
“Ini dia sepupu gua”.
Aku hanya bisa nyengir, dan dia tersenyum.
۞۞۞
Week end sudah lewat, work day lagi, naik angkot lagi. Ayah kembali tak mengantarku. Beliau mengantarkan paman Syam dan Sarip kembali ke Jakarta. “Paman...paman, datang tak di jemput, Pulang kok di antar!” Padahal bawa mobil sendiri.” Mungkin karena ban mobilnya melindas paku di depan komplek sana kali. Dan pekerjaannya menunggunya.
“Ha? Ka zaky? bisa thenksin nih, waduh!” aku bergerutu. Orang itu naik dan wow dia memilih duduk di kursi sebelahku. Aku harus bagaimana?. Tas ku angkat ke atas kepalaku, layaknya kehujanan tak bawa payung. Haduh, ketahuan gak ya. Tindakan bodoh yang baru pertama kali ku lakukan sepanjang hidupku. Aku sendiri juga bingung, mengapa aku harus malu bertatap muka dengannya.
“Sekolah,Mang!” ujar cowok sebelahku yang tak lain adalah ka’ Zacky kepada supir angkot. Suaranya yang terdengar lantang dan tegas senada dengan parasnya yang lumayan. Beberapa menit kemudian, orang itu memberikan intruksi ‘stop’ tepat depan sekolahku. Aku turun dari angkot mengikuti jejak ka Zaky.
Orang itu diam, akku pun diam. Dia tak beranjak sedikitpun seperti menunggu seseorang. Lalu meneruskan langkahnya dan masuk ke gerbang SMA pelita dan menyalami pak Satpamyang biasa ku salami. Akuk baru tahu bahwa dia adalah siswa sekolah itu juga.
Saat jam istirahat di depan mata, Fadhil, Hima, dan Lea mengajakku ke kantin. Melewati pinti kelas, tercium parfum men yang beghitu fragrance, yang buat wanita bisa klepek-klepek.
“Rombongan OSIS tuh” Lea berbisik.
Itu kan ka Zaky, dia pengurus OSIS?dan beberapa orang di belakangnya itu kan pernah ku lihat waktu ku buka pintu toilet cowok. Mulutku memnuka “Oh No”
“Kenapa,Yu” selidik Hima.
Aku menggeleng.
“Ayu yah? Pulang nanti bareng siapa? sama saya saja yah?”
Kalimat kedua yang ku dengar dari orang yang bajunya kotor termuntahi olehku. Ia dan beberapa temannya meninggalkanku, Hima, Lea, dan Fadhil dengan senyuman yang indah luar biasa yang pernah aku lihat di dunia ini.
Badanku kaku dengan mata terbelalak. Sungguh, tak percaya, dia berbicara denganku??? Rasanya ingin pingsan saja.
“Yu, lo kenal sama dia?” tanya Fadhil.
“Hebat kamu Yu, ketua OSIS ngajak pulang bareng” Hima memuji.
“Jempolan dah” sambung Lea.
Haaaaa????
“Ayu...dah baikan belum?” tanya penjaga UKS.
“Kenapa lagi saya,Bu?”
“Kamu tadi pingsan, lalu teman-temanmu membawa kamu kemari”
“Ayu.....” suara kompak dari Hima, Lea, dan fadhil.
“Eh kalian”
“Betah bener lo di sini, sampe jam pulang baru sadar!” ejek Fadhil.
“Tau nih, giliran ka zaky udah nungguin baru melek” tambah lea.
“Ka Zaky??”
“Cepet sana, nih tas kamu, kasihan ka Zaky kan kalo nunggu lama, dia nunggu di depan gerbang tuh!”
Aku tersenyum “Makasih ya semua”
“Ka, maaf yah lama” suaraku mengejutkan ka Zaky.
“Katanya kamu pingsan ya?”
Aku tersenyum.
“Rumah kamu dekat khan dengan rumah kak, ada baiknya kita bareng, tapi makan siang di depan rumah makan depan sana dulu ya?
“Boleh”
Setelah memesan makanan, aku mulai mengajaknya bicara.
“Ka maaf ya, waktu itu aku ngotorin baju kaka dan ini...”
aku mengembalikan sapu tangannya yang telah bersih seperti awal ia beri. “Terima kasiiih banyak”
“Oh ini,hahaha”ia tertawa “tadi pagi kakak berniat ngasih ini ke kamu, eh kakak lupa, kalo sapu tangan kakak sama kamu” dia meneruskan “Oh ya, kamu sepupunya Sarip kan?”
Aku mengangguk.
“Tolong kasih kaos ini ke dia ya”
Ia memberikan sebuah kaos basket padaku. Tulisannya ‘Sarip’.
“Waktu itu sekolah kakak ada tanding bola basket sama sekolah lain, kaos kakak tertinggal di rumah, berhubung kakak sepupumu jadi pemain cadangan, kakak pinjem bajunya, sampe saat ini belum kaka balikin.”
“Yah..ka Saripnya sudah balik ke Jakarta”
“Gak apa-apa. Next time aja”
“Pacar kaka gak cemburu ni, kita makan berdua?”
“Pacar? Siapa?”
“Ka Mery”
“Kamu kenal dia?”
“Ya, dia pernah menubrukku”
“Dia bukan pacar kakak koq, tapi dia pacar abang kakak. Dia sering nebeng motor kakak, ya mau ketemu abang kakak, makanya pada ngira dia pacar kakak”
“Oh..” “Aman” kata hatiku.
Dan Obrolan itu terus berlanjut. Sampai suatu hari, saat ayah ingin mengantarkanku, aku tak mau, karena sudah tidak muntah lagi tentunya, dan bisa berangkat bareng ka Zaky. tak disangka, dia juga punya perasaan yang sama denganku. Hingga dia “change” status di akun facebooknya, semula “single” menjadi “relationship with Cahayu Triani”. Duh senangnya......
lucu juga , seru coz da nama w ,,, tpi ko zaky`a cwo cie ????
BalasHapusiyah maaf ka3an..habis cocoknya jadi cowok siii
BalasHapusmakasi yah yang udah mau memberikan apresiasinya terhadap cerpen ini,yang mungkin masih abal-abal,,doakan ya agar bisa memunculkan ide-ide yang brilliant lagi...
BalasHapusiya. ayo, semangat terus ya nulisnya :D
BalasHapus