Jumat, 18 Oktober 2013

Nasib saya dan Anda

Kata sebagian yang mulai berumur, "Ah, maklumi saja, mereka masih ideal, mereka masih bergelora, mereka belum mengenal dunia yang sebenarnya!"
Ideal adalah kita-para mahasiswa. Apa hanya mahasiswa yang pantas untuk ideal?. Bagaimana jadinya nasib negeri ini tanpa pemimpin yang ideal? Mau kemana negeri ini dibawa, kalau masyarakatnya saja tidak ideal? Mirisnya, mereka bukan tidak ideal, tetapi tidak mau ideal.

Saya yang baru saja menyandang status mahasiswa sebenarnya tidak update dengan kekacaubalauan negeri ini. Mulai dari kasus korupsi pejabat tertinggi lembaga yudikatif - kasus itu pun sudah mulai basi, kasus adiknya petinggi Banten, saya bahkan tidak mengerti usut ounya usut masalah tersebut, dan lain sebagainya yang saya tidak mengerti. Saya hanya mendengar sekilas karena banyak stereo yang berjalan di sekeliling saya, jelas saya di berada di lingkungan "ideal", saya di tengah kaum kritis. Berita terkait kacau-balau saja tidak saya ketahui, bagaimana dengan berita kemajuan negeri ini?. Terlihat apatis mungkin, padahal sisi negatif berbanding terbalik dengan sisi positif. Saya mengakui kelemahan saya yang tidak patut untuk ditiru. Tidak update. Kepo (Knowing Every Particular Object) tentang negaramu itu PERLU.

Kurangnya pemahaman saya terhadap keadaan negeri ini membuat perhatian saya beralih terhadap kondisi agama saya saat ini. ISLAM. Sebelum saya dilantik sebagai mahasiswa, saya pernah beberapa kali tercengang membaca sebuah artikel online tentang perkembangan islam kini. Maasyaa Allah, saya hanya bisa menatap terpaku ke layar dan meratapi fakta yang dibeberkan. Sampai sekarang pun saya masih merasakan goncangan kuat dalam perasaan apabila yang saya hadapi adalah berita buruk dari saudara-saudara seiman di seluruh penjuru dunia. Kebiadaban orang-orang kafir terhadap kaum muslimin, bertebarannya ajaran-ajaran yang menyesatkan, simbol-simbol karya musuh Islam yang digunakan untuk menjatuhkan Islam yang dipropagandakan lewat games dan aneka produk, hingga kebijakan pemimpin yang mengundang emosi kaum muslimin. Semua hal berpotensi menipu, membingungkan dan meresahkan umat. 

Status mahasiswa yang melekat dalam diri memaksa saya untuk mulai berpikir kritis. Tidak begitu saja menerima informasi yang dijajakan di berbagai media. Tetapi mencari kebenarannya. Berusaha berpikir kritis adalah langkah awal yang bagus untuk memikirkan umat. Toh kita memasuki area mumayyiz-dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk-. Ini saat yang tepat untuk mencari tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mencari solusi tingkatannya lebih tinggi daripada berpikir kritis. Tetapi keahlian mendapatkan solusi diawali dari kebiasaan berpikir kritis.

Saya mulai berpikir bagaimana caranya saya bisa hidup ideal, walaupun status mahasiswa akan saya tanggalkan kemudian. Ideal bukan berarti sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah yang Maha Sempurna. Ideal adalah berada di jalan-Nya yang lurus. Saya yakin, Allah yang akan menjaga agama ini. Namun sungguh saya tidak akan rela, agama ini seakan tercampakkan. Alhamdulillah saya mengenal banyak orang yang berusaha teguh terhadap kepercayaan ini dan berusaha mendapatkan derajat taqwa di hadapan Allah. Tetapi saya tidak tahu apa yang sedang terjadi di daerah tetangga, di negara seberang, dan di belahan bumi lainnya. Saya mungkin masih bisa merasakan nyamannya membaca Al-Qur'an bersama para sahabat di masjid ber-AC. Tetapi bisa saja saudara seiman lainnya sedang berdoa mati-matian agar bisa beribadah kepada Allah dengan khusyu', tanpa ada desingan peluru dan kawanannya. Bisa saja saudara seiman lain sedang tersesat terbawa aliran yang tidak bertanggung jawab, bisa saja ada saudara yang sedang berikhtiar mendebat putusan pemimpin yang melanggar syariat, bisa saja ada saudara yang sedang terlena akan kebodohan yang diciptakan oleh orang-orang kafir. Atau bisa jadi ada saudara seiman yang tidak peduli tentang agamanya kini.

Saya belum bisa bertindak apa-apa. Hanya melepaskan kepalan akibat geram, dan melemasakan jari-jari sejenak kemudian mengangkat tangan, menengadah dan berdoa untuk agama ini, untuk negeri ini.
"Rabbanaa arinalhaqqa haqqa warzuqnattibaa'ah* , wa arinal baathila baathila warzuqnajtinaabah*..."
 (Wahai Tuhan kami, tunjukkanlah yang benar itu benar, dan yang salah itu salah)
"Rabbana Tsabbit quluubana 'alaa diinikal islaam" 
(Wahai Tuhan kami, tetapkanlah hati kami kepada agamamu, yaitu Islam)
"Allahumma innaa na'uudzubika minal Hammi wal hazani, wa na'uudzubika minal 'ajzii wal kasali, wa na'uudzubika minal jubni wal bukhli, wa na'uudzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijaaal"
(Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kami berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, kami berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, kami berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan dominasi manusia."
"Ihdinaashiraathal mustaqiiim..."
(Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus)"
Allahumma Aamiiin

mohon kritik sarannya--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar